PENTINGKAH SEKOLAH ITU ATAU LEBIH KHUSUSNYA HARUSKAH PINTAR DALAM SETIAP PELAJARAN DISEKOLAH?
Sekitar empat tahun yang
lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat
sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah
itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya mengatakan bahwa,
apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada
saat itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.
Tapi saya akan mengatakan
lagi hal ini ke anda supaya anda dapat mendengarkan apa yang saya sampaikan
pada saat itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara
rekaman suara saya.
Pertama, saya ingin
mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Mengapa?
Begini saja...
Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak
ditentukan oleh sekolah.
Kalo anda liat dari, apa
sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.
Jadi, guru matematika,
ingin membuat anak2nya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat anak2nya
yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru2 lainnya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, aroundtheworldlineat guru matematika. Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, aroundtheworldlineat guru matematika. Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau guru2
tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid2nya
dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar,
katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya tidak???
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya tidak???
Karna, pada dasarnya tidak
ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid2.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.
Contohnya begini saja,
mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa saya harus mempelajari
peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya juga tidak
menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari
itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi seorang
ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Jadi, sangat amat tidak
masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak harus
menghafal nama2 tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya
lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah fakta..
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah fakta..
Sekarang, begini sajalah,
apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?
Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Aroundtheworldlineat Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Aroundtheworldlineat Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Jadi seperti orang kuliah
tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang
dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak
suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa
menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah
terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa?
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal.
Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal.
Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.
Anak saya sekolah di
sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke
pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya
banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke
kelas untuk mengajar anaknya.
Lalu bagaimana merubah itu
semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua
mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin dia akan
menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran
matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah
pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les
tambahan matematika?
Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.
Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.
Kalau seni rupanya jelek,
sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya
dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran2
yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.
Ya, kalo pelajaran2 seperti
itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk lulus & naik
kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.
ingat! nilai pelajaran anda
tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa depan
anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi
manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut saya.
Kuncinya adalah orangtua di
sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang
jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
Tidak perlu takut untuk
mendapatkan nilai jelek!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!
Ada lho, anak yang sampai
bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
Tapi itulah yang saya
harapkan dari para orangtua di Indonesia. Memberikan dukungan pada anak2nya,
tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat
tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus
mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi bahwa,
Masa depan anda tidak
tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
0 Response to "PENTINGKAH SEKOLAH ITU ATAU LEBIH KHUSUSNYA HARUSKAH PINTAR DALAM SETIAP PELAJARAN DISEKOLAH?"
Posting Komentar